H.Agus Salim sering disebut sebagai tokoh yg melakukan Homeschooling thd anak-anaknya. Tentu terdapat berbagai cara dlm melakukan proses pendidikan tersebut. Agus Salim sendiri tdk menentukan jam belajar dan bermain bagi anak-anaknya secara ketat. setiap ada kesempatan ia gunakan untuk mendidik mereka. Intinya membuat anak selalu ingin tahu dan mengajarkan dimana mereka bisa memuaskan keingintahuan tersebut melalui BUKU.
Jef Last, wartawan dan aktivis sosialis belanda bertanya mengapa putra Agus Salim begitu fasih berbahasa inggris, padahal tidak belajar di sekolah?Agus salim pun menjawab, "apakah anda pernah mendengar tentang sebuah sekolah tempat kuda belajar meringkik?kuda-kuda tua meringkik sebelum anak-anak kuda ikut meringkik. begitu pula saya, meringkik dalam bahasa inggris dan putra saya juga meringkik dalam bahasa inggris. Suatu kali, Syaukat anak Agus Salim yg baru berusia 4 tahun keluar kamar tidur meminta punggungnya digaruk oleh ayahnya karena gatal. sang balita fasih berbahasa belanda dengan baik. sejak bayi anak-anak Agus Salim sudah diajari berbahasa belanda dan diajari menyanyi belanda. tanggal 28 Oktober 1928, ketika WR Supratman menyanyika lagu INDONESIA RAYA dengan biola, putri pertama Agus Salim yg bernama Dolly saat itu berusia 15 tahun mengiringi dengan piano.Dolly sejak usia 6 tahun sudah membaca buku detektif berbahasa belanda. adiknya, Totok didapati Moh. Roem sedang membaca buku Mahabharata juga dalam bahasa belanda.
Dari kisah yg dituturkan oleh Moh. Roem tampak bahwa Agus Salim beberapa kali berpindah rumah semasa di Batavia, semuanya rumah yang sederhana. Hanya satu kamar yg dipakai oleh keluarga, ruangan yg lebih besar justru digunakan untuk diskusi. seorang pemuda lain, Kasman Singodimedjo, yg juga sering bertamu ke rumah beliau, Agus Salim pernah berkata, "Leiden is lijden ", artinya memimpin itu menderita. Tidak ada warisan yg berlimpah yg diturunkan kepada putra-putrinya, kecuali ILMU dan sikap merdeka yg diajarkan melalui homeschooling.
teks oleh : Asvi Warman Adam, menyingkap tirai sejarah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar