Sabtu, 13 Agustus 2011

KITA DAN SINETRON

“Televisi itu seperti permen karet untuk mata kita” (Frank Llyoid Wright)

Suatu hari dalam suatu rapat kami membaca satu artikel majalah Economist. Tertulis dalam artikel tersebut, bahwa untuk melatih tentaranya, Ameriak serikat  membuat sebuah tempat pelatihan khusus untuk simulasi pertempuran, lengkap dengan desa-desa dan kota buatan.
Untuk membuat simulasi lebih realistis, disiapkan pula 800 pemain lengkap yang akan beraksi sebagai wartawan, dokter, pasukan perdamaian dan lain-lain, lengkap dengan nama plasu, sejarah, dan karakternya. Untuk pembuatan tempat simulasi ini , 2 perusahaan Hollywood direkrut untuk  membantu menciptakan efek tembakan dan ledakan yang realistis, sekaligus melatih acting para pemainnya.
Bukan main. Kalau dahulu Hollywood merekrut mantan militer sebagai konsultan untuk membantu membuat film perang yang lebih realistis, sekarang militer justru merekrut Hollywood.
Sekarang mari kita bayangkan, kalau angkatan bersenjata kita memutuskan untuk melakukan hal yang sama: merekrut perusahaansinetron kita untuk membantu menciptakansimulasi pertempuran. Apa jadinya!!:
1.  Simulasi pertempuran akan penuh jeritan, tangisan dan pertengkaran.
2. Dalam pertempuran tentu ada “kawan” dan “lawan”.”kawan” disini adalah mereka yang berwajahganteng, cantik, berhidung mancung dan berkulit putih, mengenakan pakaian desainer mahal, dan mengendarai mobil mewah. Sedangkan “lawan” adalah sekelompok pria berpakaian jaket kulit dan jeans, mengendarai mobil jip butut, dan tertawa-tawa sendiri tanpa alasan yang jelas.
3. Sebagai alternative “lawan” bisa menggunakan figur seorang ibu ber-make up tebal dan rambut bersasak tinggi, yang selalu bercakap-cakap dengan dirinya sendiri setiap kali ia membuat rencana jahat.
4.  Strategi akan ditentukan oleh para jenderal. Namun keputusan tidak akan datang dengan cepat. Setiap kali dihadapkan dnegan masalah, sang jenderal berdiri perlahan-lahan, berjalan menuju jendela, menghela nafas panjang dan matanya menerawang jauh ke cakrawala. Ia lalu akan bercerita tentang masa kecil, kisah cinta, dan mimpi-mimpinya sebelum akhirnya mengambil sebuah keputusan.
5. Karena ini adalah simulasi pertempuran, tentunya aka nada adegan tembak-menembak. Tapi tidak usah banyak-banyak. Mungkin cukup satu dua tembakan saja. Sisa waktunya diisi dengan percakapan panjang yang tak habis-habisnya dan pertengkaran yang tak jelas juntrungannya.
6. Ketika pistol ditembakkan , akan ada jarak waktu yang lama antara ketika tembakan dilakukan dengan suara letusan. Dalam sinteron, suara melaju dengan kecepatan sangat lambat. Begitu juga dengan kecepatan peluru.ada jarak waktu yang cukup panjang antara waktu pistol ditembakkan hingga peluru akhirnya mengenai lawan.
7. Ketika lawan tertembak, ia akan tersungkur ke tanah dalam slow motion. ia akan tersungkur beberapa kali, dengan sudut kamera tampak depan, tampak samping, dan tampak belakang. Semuanya dengan slow motion.
8. Korban lalu akan berbaring dengan memegang luka di dadanya. Ya, di sinetron walaupun anda ditembak dari belakang sekalipun, luka anda akan muncul di dada.
9. Korban tembakan biasanya tidak langsung tewas. Ia akan berbicara tentang hidup, cinta, dan penyesalan selama kurang lebih setengah jam sebelum akhirnya menghirup napas penghabisan.
10. Dalam satu jam simulasi, 55 menit waktu akan dihabiskan untuk membangun plot yang rumit dan penuh konflik. Tapi tak peduli betapa rumitnya semua masalah akan selesai hanya dalam waktu bebrapa menit sebelum simulasi berakhir. Dalam lima menit terakhir semua lawan akan secara ajaib terbunuh, tertangkap atau insyaf dengan sendirinya.
11. Pada akhir simulasi merk-merk pakaian, furniture, mobil, telepon genggam, dan barang-barang lain yang digunakan selama simulasi akan ditampilkan dengan iringan lagu yang popular pada saat itu.


Diambil dari buku :
KOPI MERAH PUTIH, OBROLAN PAHIT MANIS INDONESIA. Indonesian Anonymus 2009.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar